This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 28 April 2011

≈RENUNG4N UNTUK KAUM AKHWAT(Wanita)≈


Wahai engkau ukhtina

Engkau cantik
Engkau yang diciptakan dengan sangat sempurna oleh Robb-mu
Indah dgn segala kelebihanmu


Ukhtina. . .
Sering kali aku melihatmu berjalan dengan baju yang sederhana dan ukuran baju yang sangat-sangat sederhana, hingga bagian auratmu yang harusnya tak tampak menjadi tanpak!


Ukhtina. . .
Untuk siapa sebenarnya engkau berhiyas. . . . ?
Untuk siapa sebenarnya engkau pamerkan auratmu. . . . . . ?


Ya ukhti. . .
Relakah kau
Jika engkau berpakaian sexy dan engkau biarkan lelaki mendang/menikmati tubuhmu dengan GRATIS. . . . . .?

Perlu engkau ketahui ya ukhtina
≈Tanpa engkau sadari. . . Kau t'lah menyeret kaum akhwan ke NERAKA!
Krn pada diri wanita terdapat daya tarik yang sangat kuat yang dapat menggoyahkan Iman yang kokoh sekalipun..
Terlebih bagi kaum akhwan yang lemah Imannya yang tidak di bentengi oleh
Al Qur'an, As Sunnah.


Rasulullah SAW.
Sendiri mengatakan didalam hadits shahih,
"Bahwa fitnah yang paling besar yang paling ditakutkan atas kaum akhwan adalah
FITNAH WANITA."

Ukhina. . .
Islam mewajibkan wanita menutup aurat, agar terjaga oleh fitnah dan pandangan laki-laki yang tak bertanggung jawab


Jika ada laki-laki yang menzalimimu jangan salahkan orang lain
INTROPEKSI DENGAN PENAMPIKAN DAN TINGKAHMU!!
Karna tidak mungkin ada asap tanpa ada kobaran api!


Ukhtina yang di rahmati Allah
Jagalah kehormatanmu..
Dari pandangan laki-laki yang belum halal bagimu dan tak pantas menyentuh tubuhmu

Wahai saudariku
Cukuplah hanya satu lelaki yang paling beruntung memilikimu... Ketika ikatan antara kalian telah halal Insya Allah akan berbuah ridho-Nya..

Saudari muslimahku
Aku minta maaf pabila ada kata-kataku yang tk berkenan di hatimu..

Salam ukhuwah fillah


Catatan dari
Zaenal VS Siti Wiraiyah..

Rabu, 06 April 2011

Kapan Amal Shalih Diterima?


Syaikh Muhammad Hassan, seorang dai di Mesir, menjelaskan bahwa Allah Tabaraka wa Ta'ala tidak akan menerima amal, ucapan, dan sikap seseorang kecuali yang ikhlas untuk mencari keridlaan Allah yang Maha Mulia. Seorang hamba tidak boleh menjadikan sekutu bagi Allah dalam ucapan, perkataan dan sikapnya. Karena Allah akan mengembalikan amal tersebut kepada pelakunya dan menjadikan seluruhnya untuk yang dijadikan sekutu bagi-Nya tadi. Karena Allah Jalla wa 'Alaa  Maha Kaya, tidak butuh kepada makhluk-Nya, alam semesta, dan seluruh sekutu.
Beliau menambahkan bahwa syirik ada dua macam. Pertama, menjadikan tandingan bersama Allah Jalla wa 'Alaa, disebut juga syirik taswiyyah. Maksudnya pelaku syirik menyamakan antara Allah dan tandingan yang diangkatnya tadi. Ini termasuk syirik besar sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." (QS. Al-Baqarah: 165)
Juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika ditanya tentang dosa apa yang paling besar? Beliau menjawab: "Engkau menjadikan tandingan bagi Allah padahal Allah-lah yang menciptakanmu."
Ada beberapa amal yang dilakukan seorang hamba, amal itu terlihat besar oleh manusia, padahal di sisi Allah amat hina dan tidak memiliki nilai, karena pelakunya tidak mencari wajah Allah (keridlaan-Nya) semata. Padahal seluruh amal shalih harusnya hanya untuk-Nya semata, sebagaimana firman-Nya:
فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 110)
Ada beberapa amal yang dilakukan seorang hamba, amal itu terlihat besar oleh manusia, padahal di sisi Allah amat hina dan tidak memiliki nilai, karena pelakunya tidak mencari wajah Allah (keridlaan-Nya) semata.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memperingatkan tentang bahaya syirik. Ketika beliau ditanya, walai Rasulallah apa dua hal yang pasti itu? Beliau menjawab:
مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئاً دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئاً دَخَلَ النَّارَ
"Siapa yang meninggal sementara dia tidak menyekutukan Allah degan sesuatu pasti dia masuk surga. Dan siapa yang meninggal sedangkan dia menyekutukan Allah dengan sesuatu pasti masuk neraka."
Ini juga dikuatkan dengan firman Allah Ta'ala:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. An-Nisa': 48)
Allah berfirman dalam hadits Qudsi:
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ وَمَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ وَأَنَا مِنْهُ بَرِيءٌ وَهُوَ لِلَّذِيْ أَشْرَكَ
"Aku adalah sekutu yang tidak butuh pada persekutuan. Siapa yang beramal satu amalan yang dia menyekutukan-Ku dengan selain-Ku dalam amal itu, Aku tinggalkan amal itu dan sekutunya. Aku berlepas diri darinya. Sedangkan amal itu untuk yang dijadikan sekutu."
Seorang musyrik adalah orang yang menjadikan sekutu bersama Allah dalam mencipta dan ibadah.
Bentuk syirik kedua, syirik kecil, yaitu riya (pamer) sesuai dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "sesuatu yang paling ku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil". Mereka bertanya, "Apa itu syirik kecil itu ya Rasulullah?". Beliau menjawab: "riya."
Pada hari kiamat, ketika Allah memberikan balasan amal manusia, Dia berfirman kepada pelaku riya, pergilah ke orang-orang yang kalian harap pujiannya dulu di dunia, apakah kalian dapatkan balasan dari mereka?
Allah juga menegaskan bahwa Dia tidak akan menerima amal kecuali amal tersebut ikhlas dan benar. Ikhlas adalah kita berharap pahala dari-Nya semata tanpa kita berharap pahala dari selain-Nya. Sedangkan benar adalah amal shalih, yaitu amal yang sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Kita wajib mengikhlaskan amal kita dan memurnikannya hanya untuk mencari pahala dari Allah 'Azza wa Jalla.
(PurWD)

Sumber : voa-islam.com

Doa Berlindung dari Kesyirikan


اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك أَنْ أُشْرِكَ بِك وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُك لِمَا لَا أَعْلَمُ
Allaahumma Innii A'udzu bika an Usyrika bika wa Anaa A'lamuhuu wa Astaghfiruka Limaa Laa A'lamuhu
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad dan Shahih Abi Hatim serta yang lainnya, shahih)
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ
Allaahumma Innaa Na'udzu bika min an Nusyrika bika wa Anaa A'lamuhuu wa Nastaghfiruka Limaa Laa A'lamuhu
"Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan kami memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad IV/403 dari Abu Musa al Asy'ari. Dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih al Targhib wa al Tarhib I/121-122 no. 36)


Isi Kandungan Doa
Kedua doa di atas berbentuk isti'adzah (memohon perlindungan). Biasanya dipanjatkan dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan. Dalam hal ini adalah syirik. Karena syirik dapat mengakibatkan keburukan di dunia dan di akhirat, di antaranya:
1.    Dosa syirik adalah dosa yang tidak terampuni, jika pelakunya meninggal di atasnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. Al Nisa': 48 dan 116)
2.    Syirik menghalangi pelakunya dari surga dan menjadikannya kekal di dalam neraka.
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun." (QS. Al Maidah: 72)
Dari Ibnu Mas'ud radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهْوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ
"Barangsiapa yang mati dalam keadaan menyembah selain Allah, pasti ia masuk ke dalam neraka." (HR. al Bukhari)

3.    Syirik menghapus pahala amal shalih yang telah dikerjakan oleh pelakunya.
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al Zumar: 65)
Seseorang yang pahala amal-nya terhapus karena perbuaan syiriknya, maka Allah tidak memberikan balasan sedikitpun terhadap amal tersebut. Sebaliknya Allah akan mengadzabnya karena kedzaliman dan penghinaannya kepada Allah dengan kesyirikan yang dia lakukan.
Akibat buruk di atas pantas dijatuhkan kepada seorang musyrik, karena perbuatan syirik adalah perbuatan dzalim dan dosa yang sangat besar. "Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar." (QS. Luqman: 13)
Abdullah bin Mas’ud radliyallah 'anhu berkata: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, “Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?” Beliau menjawab, “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang telah menciptakanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang musyrik telah berlaku jahat terhadap hak Allah. Padahal Allah-lah sang pencipta, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan. Namun, seorang musyrik telah menentang dan mengingkari semua itu, bahkan dia memberikan ibadah dan penghormatan yang hanya menjadi hak Allah kepada selain-Nya yang bukan pencipta, bukan pemberi rizki, tidak menghidupkan dan mematikan.
Seorang muslim harus takut dan khawatir terhadap perbuatan syirik. Dia harus berhati-hati, jangan sampai terjerumus ke dalam perbuatan yang sangat buruk ini karena samarnya permasalah ini. Yaitu, seperti yang disampaikan Ibnu 'Abbas, bagaikan semut kecil yang merayap di atas batu hitam di malam yang kelam. (Riwayat Ibnu Abi Hatim)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Wahai umat manusia, takutlah kalian terhadap kesyirikan, karena syirik itu lebih samar dari merayapnya semut.” (HR. Ahmad)
"Wahai umat manusia, takutlah kalian terhadap kesyirikan, karena syirik itu lebih samar dari merayapnya semut.

Karena sulitnya selamat dari perbuatan syirik -kacuali orang yang ditolong Allah untuk menjauhinya- Abu Bakar al Shiddiq mengadu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan menyampaikan, “Wahai Rasulullah, bagaimana kita bisa selamat darinya padahal ia lebih lembut daripada semut yang kecil?
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab: "Maukah aku ajarkan kepadamu satu kalimat (doa), jika engkau membacanya pasti selamat dari syirik yang samar maupun yang jelas? Ucapkanlah :
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك أَنْ أُشْرِكَ بِك وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُك لِمَا لَا أَعْلَمُ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad, al Thabrani dan lainnya. Dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih al Targhib wa al Tarhib. Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa: 2/158, menyebutkannya dari Abi Hatim dalam shahihnya)
Diriwayatkan juga dari Umar bin Khathab radliyallah 'anhu, beliau sering berdoa :
اللَّهُمَّ اجْعَلْ عَمَلِي كُلَّهُ صَالِحًا وَاجْعَلْهُ لِوَجْهِكَ خَالِصًا وَلَا تَجْعَلْ لِأَحَدِ فِيهِ شَيْئًا
"Ya Allah, jadikan amalku seluruhnya adalah shalih (sesuai tuntunan Rasulullah) dan jadikan ia ikhlash mencari ridla-Mu, jangan jadikan sedikitpun dari amal itu untuk seseorang."
Di samping dengan berlindung kepada Allah dari kesyirikan dengan doa-doa di atas, kita juga harus melakukan usaha nyata dengan menuntut ilmu dan belajar, khususnya tentang tauhid dan syirik. Dengan ilmu tersebut pandangan kita semakin tajam dan jeli, dapat melihat kesyirikan sekecil apa pun. Sebaliknya tanpa ilmu sering manusia terjerumus ke dalam kesyirikan, bahkan syirik besar, dalam keadaan tidak sadar dan merasa dirinya sedang berbuat baik.
Sebaliknya tanpa ilmu sering manusia terjerumus ke dalam kesyirikan, bahkan syirik  besar, dalam keadaan tidak sadar dan merasa dirinya sedang berbuat baik.
Semoga Allah melindungi kita dari kesyirikan, yang besar maupun yang kecil, yang samar maupun yang jelas, sehingga tergolong sebagai hamba Allah mukhlisin. Harapannya, semoga dengan bersih dari syirik amal shalih kita diterima oleh Allah, segala kesalahan dan dosa kita diampuni, Allah masukkan kita ke dalam surga-Nya, dan dijauhkan dari neraka. "Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung." (QS. Ali Imran: 185)
Oleh: Badrul Tamam
(PurWD/voa-islam.com)

Sumber : voa-islam.com

Keutamaan Sayyidul Istighfar

SAYYIDUL ISTIGHFAR
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, خَلَقْتَنِي, وَأَنَا عَبْدُكَ, وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اِسْتَطَعْتُ, أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ, أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ, وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي, فَاغْفِرْ لِي; فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
(Allahumma Anta Robbi, Laa Ilaaha Illa Anta, Kholaqtani wa ana abduKa, wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, Audzubika min syarri maa shona’tu, Abu’u laka bi ni’matiKa ‘alaiyya wa abu’u laKa bidzanbi faghfirlii fainnahu laa yaghfiru dzunuuba illa Anta )

”Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu (yaitu selalu menjalankan perjanjian-Mu untuk beriman dan ikhlas dalam menjalankan amal ketaatan kepada-Mu) dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang boleh mengampuni segala dosa kecuali Engkau”.

Kapan membacanya?

Barangsiapa mengucapkannya disiang hari dalam keadaan yakin dengannya kemudian dia mati pada hari itu sebelum petang hari, maka dia termasuk penduduk syurga dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan dia yakin dengannya, kemudian dia mati sebelum shubuh maka dia termasuk penduduk syurga.” (HR. Al-Bukhari – Fathul Baari 11/97)
Kandungan maknanya?

Ini adalah doa  agung yang mencakup banyak makna : taubat, merendahkan diri kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dan kembali menghadap kepada-Nya. Nabi Shalallahu ‘alahi wa Sallam menamainya sebagai Sayyidul Istighfar (penghulu istighfar), yang demikian itu karena  melebihi seluruh bentuk istighfar dalam hal keutamaan. Dan lebih tinggi dalam hal kedudukan.
Diantara makna sayyid adalah orang yang melebihi kaumnya dalam hal kebaikan dan yang berkedudukan tinggi dikalangan mereka.

Keutamaan doa ini dibanding bentuk istighfar yang lain adalah :
- Nabi Shallalahu ‘alahi wasallam mengawalinya dengan pujian kepada Allah dan pengakuan bahwa dirinya adalah hamba Allah sebagai makhluk ciptaan-Nya (penetapan Tauhid Ar Rububiyyah), Dan bahwa Allah adalah Al Ma’buud (sesembahan) yang haq dan tidak ada sesembahan yang haq  selainNya. Maka Dia adalah satu-satunya yang berhak diibadahi dan ini merupakan realisasi Tauhid Al Uluhiyyah.
- Pernyataannya bahwa ia senantiasa tegak diatas janji dan kokoh diatas ikatan berupa iman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, seluruh nabi dan rasul-Nya. Menjalankan segenap ketaatan kepada Allah dan perintah-Nya. Ia akan menjalaninya sesuai kemampuan dan kesanggupannya.
- Kemudian dia berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alaa dari seluruh kejelekan apa yang telah dia perbuat, baik sikap kurang dalam menjalani apa yang Allah wajibkan baginya yaitu mensyukuri nikmat-Nya ataupun berupa perbuatan dosa. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menisbatkan keburukan kepada diri beliau sendiri, bukan kepada Allah Ta’alaa dan ini merupakan bentuk cara beradab kepada Allah, meskipun kita yakin bahwa segala sesuatu baik yang baik maupun yang buruk semuanya berasal dari Allah dan karena takdirNya.
- Kemudian ia mengakui akan nikmat Allah yang terus datang beruntun dan anugerah-Nya serta pemberian -Nya yang tiada pernah berhenti.
- Dan dia mengakui atas dosa-dosanya, sehingga iapun lantas memohon ampunan kepada Allah Suhhanahu wa Ta’ala dari itu semua dengan segenap pengakuannya bahwa tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa kecuali Allah Suhhanahu wa Ta’ala.

Ini adalah paling sempurna apa yang ada pada sebuah doa. Kerana itu ia menjadi seagung-agungnya bentuk istighfar dan yang paling utama dan paling luas kandungan maknanya yang mesti akan mendatangkan ampunan bagi dosa-dosa.

Hanyalah yang mengucapkan doa ini dan menjaganya yang akan memperoleh janji yang mulia dan pahala serta ganjaran besar ini, karena ia telah membuka harinya dan menutupnya dengan penetapan Tauhidullah baik Rububiyyah-Nya dan Ululhiyyah-Nya. Dan pengakuan dirinya sebagai hamba yang siap menghamba dan persaksiannya terhadap anugerah dan nikmat Allah. Pengakuannya dan kesadarannya akan kekurangan-kekurangan dirinya dan permohonan maaf dan ampunan dari Dzat yang Maha Pengampun, diiringi dengan rasa tunduk dan rendah dihadapan-Nya untuk senantiasa patuh dan taat kepada-Nya. Ini semua merupakan cakupan makna yang utama dan sifat yang mulia yang ia buka dan tutup lembaran siangnya. Yang pantas bagi orang yang mengucapkan dan menjaganya mendapat maaf dan ampunan, terbebas dari neraka dan masuk syurga.
Wallahu a’lam bisshowab.
Kita memohon kepada Allah Yang Maha Mulia  keutamaan dan anugerah-Nya.
(Lihat kitab Fiqhul Ad’iyyah wal adzkar II/17-20. As Syaikh Abdur Rozaq bin abdil Muhsin Al Badr. )
 
Sumber : voa-islam.com

Jangan Tertipu Dengan Amalmu!



Seorang muslim jika melakukan beberapa amal ibadah dan taqarrub kepada Allah akan merasakan hatinya tentram, jiwanya tenang, menerima serta qana’ah dengan pemberian Allah Ta’ala. Bahkan, terkadang lahir dalam dirinya perasaan sudah memberikan  hak-hak Allah. Terkadang perasaan ini mendatangkan kekaguman dan bangga dengan ibadahnya.
Orang-orang shaleh tidak akan melakukan hal tersebut. Karena orang-orang shaleh selama-lamanya selalu rindu  kepada Allah dan takut kalau-kalau ibadahnya tidak diterima. Bahkan, dia beranggapan amalnya tidak pantas diterima oleh Allah.
Allah Ta’ala berfirman tentang mereka,
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (QS. Al-Mukminun: 60)
Aisyah radliyallaahu 'anha berkata, “Aku telah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam tentang ayat ini, apakah mereka orang-orang yang minum khamer, pezina, dan pencuri? Beliau  menjawab, “Tidak, wahai putri al-Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, menunaikan shalat dan shadaqah namun mereka takut kalau amalnya tidak diterima.” (HR. Muslim, kitab al Imarah, bab man qatala li al Riya wa al sum’ah istahaqqa al naar, no. 1905)
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Puas dengan ketaatan yang telah dilakukan adalah di antara tanda kegelapan hati dan ketololan. Keraguan dan kekhawatiran dalam hati bahwa amalnya tidak diterima harus disertai dengan mengucapkan istighfar setelah melakukan ketaatan. Hal ini karena dirinya menyadari bahwa ia telah banyak melakukan dosa-dosa dan banyak meninggalkan perintah-Nya."
Allah telah memerintahkan kepada para hujjaj untuk mengucapkan istighfar setelah mereka rampung dari melaksanakan ibadha haji. Hal ini sebagai penyempurna dan kemuliaan. Allah Ta’ala berfirman:
فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ  ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Baqarah: 198-199)
Syaikh al-Sa'di mengatakan, "Beginilah seharusnya yang dilakukan hamba, setiap selesai dari melaksanakan ibadah dia beristighfar (meminta ampun) kepada Allah atas kealpaan dan bersyukur kepada Allah atas taufiq-Nya. Tidak seperti orang yang melihat dirinya telah menyempurnakan ibadah dan berbangga di hadapan Tuhannya."
Dalam surat lain Allah menjelaskan,
الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
"(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." (QS. Ali Imran: 17)
Imam al Hasan menjelaskan ayat ini, bahwa mereka adalah orang-orang yang lama dalam menjalankan shalat sampai menjelang waktu sahur (akhir malam) kemudian mereka duduk dengan mengucapkan istighfar (meminta ampunan) kepada Allah.
Dalam hadits shahih dijelaskan bahwa ketika Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam selesai mengucapkan salam dari shalatnya, maka beliau mengucapkan istighfar tiga kali. (HR. Muslim dari Tsauban)
Diriwayatkan dari Tsauban radliyallah 'anhu, berkata: "Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, apabila telah selesai melaksanakan shalat beliau beristighfar tiga kali." (HR. Muslim)
Jangan Bersandar Pada Amal
Bersandarkan pada amal saja akan melahirkan kepuasan, kebanggaan, dan akhlak buruk kepada Allah Ta’ala.  Orang yang melakukan amal ibadah tidak tahu apakah amalnya diterima atau tidak. Mereka tidak tahu betapa besar dosa dan maksiatnya, juga mereka tidak tahu apakah amalnya bernilai keikhlasan atau tidak. Oleh karena itu, mereka dianjurkan untuk meminta rahmat Allah dan selalu mengucapkan istighfar karena Allah Mahapengumpun dan Mahapenyayang.
Masuk Surga Bukan Karena Amal
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا
"Sungguh amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga." Mereka bertanya, "tidak pula engkau ya Rasulallah?" Beliau menjawab, "Tidak pula saya. Hanya saja Allah meliputiku dengan karunia dan rahmat-Nya. Karenanya berlakulah benar (beramal sesuai dengan sunnah) dan berlakulah sedang (tidak berlebihan dalam ibadah dan tidak kendor atau lemah)." (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik al-Bukhari)
Sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga kecuali dengan rahmat Allah. Dan di antara rahmat-Nya adalah Dia memberikan taufiq untuk beramal dan hidayah untuk taat kepada-Nya. Karenanya, dia wajib bersyukur kepada Allah dan merendah diri kepada Allah.
Tidak layak dia bersandar kepada amalnya untuk menggapai keselamatan dan mendapatkan derajat tinggi di surga. Karena  tidaklah dia sanggup beramal kecuali dengan taufiq Allah, meninggalkan maksiat dengan perlindungan Allah, dan semua itu berkat rahmat dan karunia-Nya.
Karena  tidaklah dia sanggup beramal kecuali dengan taufiq Allah, meninggalkan maksiat dengan perlindungan Allah, dan semua itu berkat rahmat dan karunia-Nya.
Seorang hamba tidak pantas membanggakan amal ibadahnya yang seolah-olah bisa terlaksana karena pilihan dan usahanya semata, apalagi ada perasaan telah memberikan kebaikan untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan amal ibadah hamba-hamba-Nya. Dia Mahakaya, tidak butuh kepada makhluk-Nya.
Allah Ta'ala berfirman dalam hadits Qudsi, "Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, dari kalangan manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antaramu, maka tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun.  Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, dari kalangan manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kamu, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga." (HR. Muslim dari Abu Dzar al Ghifari, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam)
Oleh: Badrul Tamam

Sumber : voa-islam.com

Dijamin Ampunan, Kenapa Nabi Muhammad Masih Beristighfar?


Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Terdapat beberapa kabar dari hadits shahih bahwa Nabi shallallau 'alaihi wa sallam banyak beristighfar (meminta ampun) dalam sehari semalam. Di antaranya bersumber dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam bersabda:
وَاللهِ إِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرُ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
Demi Allah! Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. al-Bukhari)
Dalam hadits lain, beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.” (Muslim)
Para ulama menjelaskan tentang istighfarnya Nabi shallallau 'alaihi wa sallam yang cukup banyak, di antaranya untuk menampakkan ubudiyah beliau kepada Allah Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya atas semua nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya. Makna lainnya yang dijelaskan para ulama, supaya umatnya meniru dan mengikutinya dalam taubat dan istighfar tersebut sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits shahih bahwa beliau mengumpulkan manusia lalu bersabda, “Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.” (Muslim dan Nasai)
Sedangkan al-Hafidz Ibnul Hajar dalam Fathul Baari menyebutkan, boleh jadi istighfarnya Nabi shallallau 'alaihi wa sallam dan taubatnya karena kesibukan beliau dengan perkara-perkara mubah, seperti: makan, minum, jima’, ridur, istirahat, berbincang dengan orang-orang, melihat usaha-usaha mereka, memerangi musuh mereka, dan lain-lainnya yang menghalanginya dari sibuk zikrullah dan tadharru’ serta bermuraqabah kepada-Nya, lalu beliau menilai semua itu sebagai dosa bila dinisbatkan kepada kedudukan yang super tinggi.
Sebagaimana yang sudah maklum dan disepakati, Allah Ta’ala telah mengampuni semua dosa-dosa Nabi shallallau 'alaihi wa sallam yang lampau dan yang akan datang. Allah Ta’ala berfirman,
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ
Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.” (QS. Al-Fath: 2)
Hanya saja janji ampunan semua dosa untuk Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam yang lalu dan akan datang tersebut bukan berarti menghalangi beliau untuk menjalankan berbagai ibadah yang bermanfaat bagi dirinya sebagai sebab diperolehnya ampunan yang telah Allah tetapkan untuknya. Karena sesungguhnya Allah, Apabila Dia menetapkan sesuatu maka Dia juga menetapkan sebab-sebab yang menghantarkannya. Dan istighfar merupakan sebab utama datangnya ampunan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan tentang sabda Nabi shallallau 'alaihi wa sallam dalam hadits shahih yang bunyi ujungnya berasal dari Allah, “Sungguh Aku telah ampuni hamba-Ku, maka hendaknya dia lakukan apa saja yang dia mau.” Bahwa Nabi shallallau 'alaihi wa sallam tidak menjadikan hadits tersebut berlaku pada semua dosa, yakni dari setiap orang yang berdosa, bertaubat dan mengulanginya lagi. Sesungguhnya beliau menyebutkan itu sebagai hikayat kondisi seorang hamba yang mendapatkan ampunan itu. Maka dapat diambil faidah, bahwa seorang hamba terkadang mengerjakan amal-amal baik yang besar dan dengan itu menjadi sebab ampunan terhadap dosa-dosanya yang akan datang, walaupun dia diberi ampunan melalui sebab lain.
Lalu Ibnu Taimiyah memberi contoh dengan kisah Hatib bin Abi Balta’ah radhiyallahu 'anhu yang Nabi shallallau 'alaihi wa sallam bersabda kepada Umar yang mengusulkan ingin memenggal kepalanya, “Tidakkah engkau tahu bahwa Allah telah melihat hati Ahli Badar, lalu Dia berfirman, ‘Berbuatlah sesuka kalian, karena sungguh aku telah mengampuni kalian’.” Dan juga jawaban beliau terhadap pangaduan budaknya Hatib yang mengadukannya, “Demi Allah, wahai Rasulullah pasti Hatib akan masuk neraka,” lalu Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam bersabda, “Kamu dusta, sesungguhnya dia telah ikut serta perang Badar dan perjanjian Hudaibiyah.” Dalam hadits-hadits tersebut terdapat keterangan bahwa seorang mukmin terkadang melakukan amal-amal kebaikan yang bisa mengampuni dosa-dosanya yang akan datang, walaupun dia diampuni dengan sebab selainnya. Hadits itu juga menunjukkan bahwa dia meninggal sebagai seorang mukmin dan menjadi ahlul jannah. Jika ada dosa yang telah dikerjakannya, maka Allah mengampuninya. Hal ini juga sebagaimana yang berlaku pada ahli Badar seperti Qudamah bin Abdillah radhiyallahu 'anhu saat minum khamer karena sebab takwil, lalu Umar dan para sahabat memberi istitabah (kesempatan taubat) dan menderanya. Dengan sebab itu dan taubatnya dia menjadi bersih walau ia termasuk orang yang dikatakan padanya, “berbuatlah sesuka kalian.”
Sesungguhnya jaminan ampunan Allah untuk hamba-Nya tidak meniadakan sebab-sebab (usaha-usaha) untuk mendapatkan ampunan dan tidak menghalangi taubat dari orang tersebut. Karena ampunan Allah untuk hamba-Nya tuntutannya adalah Allah tidak menyiksanya sesudah meninggal dunia. Dan Allah Mahatahu segala sesuatu sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Maka apabila Dia tahu seorang hamba akan bertaubat atau mengerjakan amal-amal baik yang menghapuskan dosa, maka Dia mengampuninya dalam satu waktu. Karena itulah, tidak ada perbedaan antara orang yang dihukumi mendapat ampunan atau masuk surga. Dan yang sudah maklum bahwa kabar gembira masuk surga yang disampaikan Nabi shallallau 'alaihi wa sallam adalah berdasarkan pengetahuan beliau terhadap kondisi kematian yang dialami orang itu dan tidak melarang untuk melakukan sebab-sebab untuk masuk surga.
Begitu juga orang yang dikabarkan akan mendapat kemenangan atas musuhnya, tidak melarang orang tadi melakukan sebab-sebab kemenangan. Begitu juga orang yang diberitahu akan punya anak tidak menghalanginya untuk menikah dan berkeluarga. Maka seperti itu juga orang yang dikabarkan mendapat ampunan atau surga, tidak melarangnya untuk melakukan sebab (usaha) ke arah itu, yakni menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh.
Sementara firman Allah kepada Nabi-Nya pada tahun keenam Hijriyah, “Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.” (QS. Al-Fath: 2), maka dengan ini beliau selalu beristighfar (memohon ampunan) kepada Rabbnya pada sisa umurnya. Lalu Allah menurunkan surat al-Nashr pada akhir-akhir dari kehidupan beliau shallallau 'alaihi wa sallam,
فسبح بِحَمْد رَبك وَاسْتَغْفرهُ إِنَّه كَانَ تَوَّابًا
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” Beliau mengimplementasikan isi ayat itu dalam ruku’ dan sujud beliau dengan membaca:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ, اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan memuji Engkau, Ya Allah berilah ampunan untuk aku.” (Lihat Mukhtashar Fatawa Mishriyah: 322-324)
Kesimpulan
Dari ulasan yang sudah dipaparkan di atas, tidak ada pertentangan antara ayat yang berisi jaminan ampunan untuk Nabi shallallau 'alaihi wa sallam dan beristighfarnya beliau yang terhitung cukup sering. Karena jaminan ampunan dosa tidak menghalangi seseorang dari beristighfar, bertaubat dan mengerjakan amal-amal shalih. Bahkan boleh jadi dengan istighfar, taubat dan amal-amal shalih menjadi sebab-sebab untuk didapatkannya janji yang agung itu. Sehingga apa yang dikerjakan Nabi shallallau 'alaihi wa sallam di atas adalah sebagai sebab dan usaha untuk terealisirnya apa yang dijanjikan Allah padanya. Wallahu Ta’ala a’lam. [PurWD/voa-islam.com]

Sumber : voa-islam.com