Menikah. apa iya sih, kalau denger satu kata itu, konotasinya
langsung berat gitu ? Sebagian dari kamu mungkin malah belum bisa
bayangin tentang gimana dan apa itu menikah. ujung ujungnya berlanjut
dengan kalimat " ah bakalan ribet deh", mulai dari urusan tanggung
jawabnya, ga bisa ngumpul ngumpul lagi sama temen, " maatiin "
pasaran", tar kalo punya anak gimana, tar kuliah juga gimana donk? bla
bla bla. Tapi apa iya nikah selalu bikin ribet, apalagi di usia yang
masih muda? Emang sih, nikah ga sekadar masalah nyatuin dua orang ke
dalam satu ikatan. Tapi, Lebih dari itu, nikah adalah keputusan yang
besar banget and nyangkut masa depan kita sendiri. Makanya, kata orang
tua yang udah lebih banyak umur plus pengalamannya nich, mereka pesen
kalau pertimbangan yang bener bener mateng kudu dilakuin biar ngelangkah
kedepannya enak. Beberapa hal hal yang perlu disiapin contohnya seperti
ini,
Yang pertama adalah ilmu. Emang ada ilmu tentang pernikahan? jelas lah, biar bisa jadi ayah ibu dan atau suami istri yang baik dibutuhkan ilmu yang pas dan cukup. Insyaallah dengan ilmu pernikahan bisa jadi lebih jelas arahnya, dan ibadah akan lebih tenang rasanya.
Next, kedewasaan dan kematangan. Umur emang nggak selalu menjamin kedewasaan and kematengan seseorang. Ada sih yang titelnya udah " berumur" tapi masih aja berkutat masalah kelabilan emosi. Tapi ada juga sebaliknya, anak muda yang pikirannya " orang tua", udah stabil emosinya, tingkat kedewasaannya udah ok, di ukur dari cara dia nyelesaikan masalah2 yang datang dalam hidup dia sebelum nikah dan sesudah menikah.
Emang kedewasaan penting dalam nikah? hubungannya apa sama pernikahan? ya iya laah, pasti ada dong. Menikah berarti siap memahami pasangan. Menjadi suami istri yang nikah di usia muda juga masih harus sama-sama berproses untuk belajar banyak hal. Salah satu yang paling utama ialah mencoba belajar dengan berbagai cara menjadi seorang ibu dan ayah. dan semua itu butuh yang namanya sabar dan saling berbagi. Jangan sampai pernikahan di kotori dengan pertengkaran sebagai agenda rutin, apalagi yang melibatkan piring dan gelas melayang. Konflik dalam penyatuan dua kepala yang berbeda, emang ga bisa dihindari. Tapi tentu aja konfliknya harus yang sehat dunk, kalau nggak, kelabilan emosi dan kedewasaan bisa berakhir pada perceraian.
Nah, kalau perkembangan emosional aja belum matang, dan masih selalu suka ngumpul ngumpul sama teman-temannya stiap saat dan waktu buat have fun, bisa jadi, dia belum bisa tuch berkomitmen penuh buat jadi ayah atau ibu. Hal begini yang dikawatirkan akan memicu konflik. So, ukur kedewasaan en kematengan diri kamu sendiri dulu, coz nikah bukan buat coba2 atau sekedar uji nyali.
Yang pertama adalah ilmu. Emang ada ilmu tentang pernikahan? jelas lah, biar bisa jadi ayah ibu dan atau suami istri yang baik dibutuhkan ilmu yang pas dan cukup. Insyaallah dengan ilmu pernikahan bisa jadi lebih jelas arahnya, dan ibadah akan lebih tenang rasanya.
Next, kedewasaan dan kematangan. Umur emang nggak selalu menjamin kedewasaan and kematengan seseorang. Ada sih yang titelnya udah " berumur" tapi masih aja berkutat masalah kelabilan emosi. Tapi ada juga sebaliknya, anak muda yang pikirannya " orang tua", udah stabil emosinya, tingkat kedewasaannya udah ok, di ukur dari cara dia nyelesaikan masalah2 yang datang dalam hidup dia sebelum nikah dan sesudah menikah.
Emang kedewasaan penting dalam nikah? hubungannya apa sama pernikahan? ya iya laah, pasti ada dong. Menikah berarti siap memahami pasangan. Menjadi suami istri yang nikah di usia muda juga masih harus sama-sama berproses untuk belajar banyak hal. Salah satu yang paling utama ialah mencoba belajar dengan berbagai cara menjadi seorang ibu dan ayah. dan semua itu butuh yang namanya sabar dan saling berbagi. Jangan sampai pernikahan di kotori dengan pertengkaran sebagai agenda rutin, apalagi yang melibatkan piring dan gelas melayang. Konflik dalam penyatuan dua kepala yang berbeda, emang ga bisa dihindari. Tapi tentu aja konfliknya harus yang sehat dunk, kalau nggak, kelabilan emosi dan kedewasaan bisa berakhir pada perceraian.
Nah, kalau perkembangan emosional aja belum matang, dan masih selalu suka ngumpul ngumpul sama teman-temannya stiap saat dan waktu buat have fun, bisa jadi, dia belum bisa tuch berkomitmen penuh buat jadi ayah atau ibu. Hal begini yang dikawatirkan akan memicu konflik. So, ukur kedewasaan en kematengan diri kamu sendiri dulu, coz nikah bukan buat coba2 atau sekedar uji nyali.
Selain kesiapan mental en emosi, kamu juga kudu bisa ngeyakinin orang
tua. Pertimbangan ”bibit, bebet, dan bobot” mereka yang menurut kita
ribet dan aneh ga akan pernah absen buat hadir dalam pertimbangan
mereka. Jangan buru buru protes kalau orang tua punya 1001 pertimbangan
tentang segala sesuatu. Mikir simplenya gini, mereka udah pernah
diumuran kita, tapi kita belum pernah jadi mereka. so, husnudzon ajah
kalau yang mereka saranin buat kita insyaallah baik, walaupun bukan
selalu yang terbaik.
Percaya nggak, seorang sahabat aja sampai pernah jadi semacam detektif sewaan orang tua buat anak cewek buat nyari tahu tentang laki laki pengen nikahin puterinya. dan ini dilakuin tanpa puterinya en juga laki-laki itu tau. Dan hasil investigasi rahasia itulah yang akhirnya jadi dasar keputusan sang orang tua untuk beri ijin ke puterinya nikah sama laki-laki itu.
Intinya setiap orang tua selalu kepengen nglepasin anaknya untuk orang yang tepat yang bisa beri kebahagiaan, kedamaian, perlindungan, pengayoman. Yakin aja deh, jaman sekarang, orang tua pun nggak lagi maksain kehendak mereka agar anaknya nikah sama siapa gitu, cuman mereka hanya akan beri pertimbangan-pertimbangan sebelum akhirnya sampe pada keputusan bersama. Soalnya menikah itu bukan hanya menyatukan dua orang, tapi juga nyatuin dua keluarga dalam ikatan yang diharapkan nggak akan berbatas waktu.
Selanjutnya, pertimbangan finansial juga penting. Emang bener banget kalo Kita kudu yakin tiap orang itu udah di atur rezekinya masing2 dari dalam kandungan. hitungan kasarnya kalau nikah muda brarti rejeki dua orang di gabung jadi satu, kan jadi lebih banyak tuh. Dan memang uang juga bukan segalanya dalam rumah tangga, tapi pernikahan itu nggak lain adalah tanggung-jawab dan salah satu hal dari cabang tanggung jawab itu adalah pemenuhan nafkah untuk keluarga. Siap nggak?, en untuk para cewek, apa sudah siap dengan penerimaan yang ikhlas dengan berapapun pendapatan suami yang bakal ditrima nanti?
En masih sederet hal yang kudu dipertimbangkan lagi, jadi memang nikah bener bener butuh pertimbangan yang matang, tapi bukan berarti berlama- lama apalagi sampai menunda. So buat kamu yang udah pengen nikah, pertimbangkan baik baik segala sesuatunya. kalau emang bener bener udah siap, ngapain harus nunda karena alasan yang nggak jelas dan atau nggak ada alasan syar’i walaupun dengan konsekuensi terlumuri dosa karena pacaran misalnya. Naudzubillah (syahidah)
Percaya nggak, seorang sahabat aja sampai pernah jadi semacam detektif sewaan orang tua buat anak cewek buat nyari tahu tentang laki laki pengen nikahin puterinya. dan ini dilakuin tanpa puterinya en juga laki-laki itu tau. Dan hasil investigasi rahasia itulah yang akhirnya jadi dasar keputusan sang orang tua untuk beri ijin ke puterinya nikah sama laki-laki itu.
Intinya setiap orang tua selalu kepengen nglepasin anaknya untuk orang yang tepat yang bisa beri kebahagiaan, kedamaian, perlindungan, pengayoman. Yakin aja deh, jaman sekarang, orang tua pun nggak lagi maksain kehendak mereka agar anaknya nikah sama siapa gitu, cuman mereka hanya akan beri pertimbangan-pertimbangan sebelum akhirnya sampe pada keputusan bersama. Soalnya menikah itu bukan hanya menyatukan dua orang, tapi juga nyatuin dua keluarga dalam ikatan yang diharapkan nggak akan berbatas waktu.
Selanjutnya, pertimbangan finansial juga penting. Emang bener banget kalo Kita kudu yakin tiap orang itu udah di atur rezekinya masing2 dari dalam kandungan. hitungan kasarnya kalau nikah muda brarti rejeki dua orang di gabung jadi satu, kan jadi lebih banyak tuh. Dan memang uang juga bukan segalanya dalam rumah tangga, tapi pernikahan itu nggak lain adalah tanggung-jawab dan salah satu hal dari cabang tanggung jawab itu adalah pemenuhan nafkah untuk keluarga. Siap nggak?, en untuk para cewek, apa sudah siap dengan penerimaan yang ikhlas dengan berapapun pendapatan suami yang bakal ditrima nanti?
En masih sederet hal yang kudu dipertimbangkan lagi, jadi memang nikah bener bener butuh pertimbangan yang matang, tapi bukan berarti berlama- lama apalagi sampai menunda. So buat kamu yang udah pengen nikah, pertimbangkan baik baik segala sesuatunya. kalau emang bener bener udah siap, ngapain harus nunda karena alasan yang nggak jelas dan atau nggak ada alasan syar’i walaupun dengan konsekuensi terlumuri dosa karena pacaran misalnya. Naudzubillah (syahidah)
Sumber : voa-islam.com
0 komentar:
Posting Komentar