Pernahkah terbesit di hati kita
satu ungkapan, “Adakah yang mencintaiku?” Sederhana memang kata yang
terbentuk dari hanya lima huruf yaitu “CINTA” itu. Cerita atau kisahnya
memang tiada akhir, tiada pernah ada ujung karena di dalam melihatnya
dari perspektif yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Tulisan ini bukanlah terlahir dari
kata-kata Sang Pujangga, tetapi hanyalah perenungan sederhana dari
kejadian yang tidak terduga. Dalam kesunyian hanya ada perangkat siar
menjadi teman malam yang setia walaupun kutahu pasti ada keramaian
diluar sana. Seringnya perasaan perpindahan dimensi waktu hadir dalam
hidup dan semoga ini merupakan rahmat dari Allah untuk mengingatkan akan
namanya “kematian” sebagai jembatan untuk bermuhasabah. Hanya sebuah
pesan singkat yang mengetuk hati untuk mencoba bertanya akan hakekat
cinta “Adakah yang mencintaiku?” “Ah memang sebuah pertanyaan bodoh!”
Itulah sebuah komentar diakun facebook penulis ketika status ini
ditulis.
“Dan di antara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah
amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)” (Qs Al-Baqarah
165) .
Hupss.. Sudah siapkah kita untuk
menyelami indah dan agungnya cinta?. Ijinkanlah diri Anda untuk membaca
kembali ayat cinta ini, cobalah terbuka menerima semuanya dan pahami,
renungkanlah!!!
Baiklah mari kita urai rasa cinta itu
pada sesama manusia, yang pertama adalah orang yang rela mengorbankan
jiwa dan raganya untuk kita yaitu “Orang tua kita”. Subhanallah sungguh
mulianya cinta orangtua bila dapat menjadikan anak-anaknya menjaga
fitrahnya, sabda Rasulullah :
“Tiap-tiap anak dilahirkan
berkeadaan fitrah (suci bersih), maka kedua-dua ibu bapanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR Bukhari).
Kemudian kita coba bahas secara ringkas
juga arti dari teman atau sahabat. Semoga dengan adanya ayat berikut ini
bisa menjadi peringatan kita dalam mengambil dan mengartikan “teman”.
Adalah Ia yang mengajak kepada kesabaran dan kebenaran yang bisa
dijadikan sebagai pendamping dalam hidup serta berhak mendapatkan gelar
“teman”
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di
luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah
nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati
mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat
(Kami), jika kamu memahaminya” (Ali Imran 118).
Sungguh hanyalah pada orang yang beriman
ditananmkan pada hati mereka rasa kasih sayang itu, bukanlah kasih
sayang yang semu tetapi yang menebarkan “Salaamun-alaikum”!!!
“Apabila orang-orang yang beriman
kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah:
"Salaamun-alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih
sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat
kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertobat
setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-An’am 54).
Di akhir tulisan ini satu ayat yang
menerangkan akan arti hakikat cinta ditujukan kepada “hati” yang
merindukan cinta suci tidak ternodai yang akan mengantarkan satu
kesatuan cinta terintegral di dalam kehidupan kita entah itu cinta
kepada keluarga, pasangan hidup kita, teman atau sahabat kita serta
mahluk disemesta alam. Semoga pertanyaan ini terjawab “Masih adakah yang
mencintaiku?”
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di
kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam
beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah
menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan
iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang
mengikuti jalan yang lurus” (Al-Hujurat 7).
sumber : voa-islam.com
0 komentar:
Posting Komentar