Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Riya’ merupakan syirik khafi (samar),
yakni syirik yang bersifat rahasia,- semoga Allah melindungi kita
darinya -. Sedangkan seseorang lebih tahu terhadap dirinya sendiri
dibandingkan orang lain dalam masalah ini.
بَلِ الْإِنسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ
“Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri.” (QS. Al-Qiyamah: 14)
Maka siapa yang mengintrospeksi dirinya
dan merasa diawasi oleh Rabb-Nya dalam keadaan sepi atau ramai, akan
selamat dari penyakit yang berbahaya ini. Dan di antara tanda riya yang
paling jelas adalah pelakunya sengaja menampakkan amal-amak shalihanya
di tengah-tengah manusia dan sengaja membicarakan kebaikan serta
ketaatannya untuk mendapatkan pujian dan sanjungan mereka.
Meninggalkan Amal Karena Takut Riya’
Seorang hamba tidak boleh meninggalkan
amal hanya karena takut riya’. Itu termasuk jerat-jerat tipu daya
setan. Karena setan, pada satu kondisi berusaha menjerumuskan seorang
hamba ke dalam riya untuk merusak amalnya. Atau pada kondisi yang lain
menipunya dengan meninggalkan amal karena takut riya’ supaya tidak
melakukan amal shalih. Padahal dia diperintahkan untuk beramal dan
bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan dengan berharap ridha Allah dan
meninggalkan godaan setan dan tipu dayanya. Maka siapa yang sudah
berazam menjalankan satu ibadah lalu meninggalkannya karena takut
riya’, sebenarnya dia telah berbuat riya’. Karena dia meninggakan amal
karena manusia. Tetapi jika meninggalkannya untuk dikerjakan saat
sendirian, maka ini dianjurkan kecuali pada amal-amal wajib.
Meninggalkan amal karena takut riya’ sebenarnya adalah riya’, karena dia meninggakan amal karena manusia.
Terapi Riya’
Terapi untuk menyembuhkan riya’ banyak
macamnya. Yang paling utama adalah tekad tulus untuk berhenti dari
riya’ dan meninggalkannya. Selanjutnya banyak mengingat hari akhir dan
ancaman pedih bagi orang yang berbuat riya’. Seorang hamba harus
meyakini bahwa kebaikan dan keburukan ada di tangan Allah Ta’ala.
Sementara yang sempurna memujinya dan menghinakannya adalah Allah
Ta’ala yang tiada sekutu bagi-Nya. Karena itu hendaknya ia
mengintrospeksi dirinya, menghitung aib, kesalahan, dan kekurangannya.
Juga memperbanyak ibadah siri (yang bersifat rahasia) seperti shalat
malam, bershadaqah dengan sembunyi-sembunyi, dan menangis sendirian
karena takut kepada Allah.
Orang yang ingin selamat dari riya’
juga harus meminta tolong kepada Allah Ta’ala untuk merealisasikan
keikhlasan dan berdoa dengan doa yang diajarkan oleh Nabi shallallau 'alaihi wa sallam, yaitu:
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك أَنْ أُشْرِكَ بِك وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُك لِمَا لَا أَعْلَمُ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan
syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon
ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad dan Shahih Abi Hatim serta yang lainnya, shahih). Wallahu Ta’ala a’lam.
Orang yang ingin selamat dari riya’ juga harus meminta tolong kepada Allah Ta’ala untuk merealisasikan keikhlasan dan berdoa dengan doa yang diajarkan oleh Nabi shallallau 'alaihi wa sallam
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad berserta keluarga dan para sahabatnya. [PurWD/voa-islam.com]
0 komentar:
Posting Komentar